Abashiri Prison Museum aerial view in summer
Hokkaido, the northernmost major island in Japan, was nearly a no-man's-land over decades ago. At the northeast of the island, lies a dark history of Japan development. Truthfully, I didn't know a lot about the city of Abashiri. But I believed this port city has some things interesting to offer, until I found myself stood in front of enormous arched red-brick gate. That historic-looking architecture with 2 posts guarding at both sides is the main entrance to the Abashiri Prison Museum. With the curiosity calling me to know more about Japan's hidden history, it would be best to dig up some stories from the Meiji period here. Surely, Abashiri was able to provide a unique experience of visiting the jail museum.
This museum is the largest and oldest prison museum in Japan which depicts the "hard time" in Hokkaido at the period. Constructed to hold more than thousands dangerous criminals across Japan. In 1890, Takeshiro Nagayama, the Governor of Hokkaido and Commander of the Tonden Army recognized the real threat of Russian invasion. He knew Hokkaido needed a road connecting east to west for essential supplies and reinforcements, and so Abashiri Prison was established to supply labours (prisoners) to build that mega project.
The road construction included the Chuo-Doro road connecting Abashiri to central Hokkaido. 211 prisoners died from exhaustion due to brutal labour, harsh climate, and malnutrition from the lack of adequate food supplies. I think most of Indonesian already familiar with the word of "Romusha".
In 1984, the prison's old buildings were moved to present location and reopened as a museum, which open its door to the public and tourists. The current/modern Abashiri Prison is still in operation at the foot of Mt. Tento.
Hokkaido, pulau utama paling utara di Jepang, merupakan dunia yang hampir tak tersentuh oleh manusia beberapa dasawarsa lalu. Di bagian timur laut pulau, bersemayamlah sepenggal sejarah kelam tentang pembangunan negeri Jepang.
Jujur saja, saya sendiri juga tidak begitu mengetahui tentang kota Abashiri ini. Namun saya yakin, kota pelabuhan ini pasti menawarkan hal-hal yang menarik, hingga menemukan diri saya berdiri tepat di depan gerbang batu bata yang melengkung. Arsitektur yang terlihat bersejarah dengan 2 pos yang menjaga di kedua sisinya itu adalah gerbang utama Abashiri Prison Museum.
Dengan rasa penasaran memanggil saya untuk lebih mengetahui akan sejarah Jepang yang tersembunyi, hal inilah yang tepat untuk menggali cerita sejarah dari masa Meiji. Tentu saja, Abashiri dapat memberikan pengalaman yang unik dengan mengunjungi museum penjara.
Museum penjara ini adalah yang paling besar dan paling tua di Jepang yang menggambarkan "masa-masa sulit" di Hokkaido di masa lalu. Dibangun untuk menampung lebih dari ribuan kriminal berbahaya dari seluruh Jepang. Tahun 1890, Takeshiro Nagayama, Gubernur Hokkaido dan juga Komandan Tentara Tonden menyadari ancaman nyata dari invasi bangsa Russia. Dia juga mengetahui bahwa Hokkaido membutuhkan jalur penghubung dari timur ke barat sebagai akses jalur persedian penting dan bala bantuan. Oleh karena itu, Penjara Abashiri dibangun untuk memasok tenaga kerja (para narapidana) demi pembangunan mega proyek tersebut.
Pembangunan jalur meliputi jalan besar Chuo-Doro yang menghubungkan Abashiri ke Hokkaido bagian tengah. 211 tahanan tewas karena kelelahan yang disebabkan oleh kerja paksa, iklim yang keras, dan kekurangan nutrisi karena kurangnya asupan makanan bergizi. Saya rasa sebagian besar rakyat Indonesia sudah tak asing lagi dengan yang namanya "Romusha".
Tahun 1984, bangunan-bangunan tua penjara dipindahkan ke lokasi saat ini dan dibuka kembali sebagai museum, yang membuka pintunya pada publik dan turis. Penjara Abashiri saat ini/modern masih beroperasi di kaki gunung Tento.
Abashiri Prison Museum main gate
Abashiri Prison in Taisho Period (1912-1926)
(Source: http://www.kangoku.jp/world/data3.htm)
Chuo-Doro Road/Kitami Road (Prisoner's Road)
As we walked carefully on the slippery iced pathway to follow the museum guide, I looked around and realized that this outdoor museum situated in massive complex with most of the buildings had been completely restored. There are above 20 buildings with most of them are wooden structures, such as: agricultural warehouse; bath house; and the most impressive radial five-winged prison house. All of them situated in an area 3,5 times larger than Tokyo Dome.
We visited briefly the bath house and witnessed a life-like mannequins of inmates were having bath. Those completely nude mannequins faced the opposite way from us which demonstrated how they took a bath only once a week. While they were having a bath, there are also 2 wardens keep looking on them. What an awkward job they had..
The incline walk path yet slippery made me cautious while stepping. My hand gripped tightly to the handrail for make sure my both knees, or even more embarrassing my ass will kiss the ground suddenly. As we moved slowly, we were heading to the most impressive building that built with a completely different concept from ordinary buildings. It's Radial Five-winged Prison House.
Di saat kami berjalan dengan hati-hati di jalanan beku yang licin untuk terus mengikuti sang pemandu museum, saya melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa museum outdoor ini terletak di kompleks yang sangat besar dengan sebagian besar gedungnya telah dipugar seutuhnya. Terdapat lebih dari 20 gedung yang sebagian besarnya terbuat dari kayu, seperti: gudang agrikultur; rumah permandian; dan yang paling mengesankan adalah radial five-winged prison house (dalam english lebih keren). Semuanya terletak di dalam satu area yang 3,5 kali lebih luas daripada Tokyo Dome.
Kami mengunjungi sebentar rumah permandian dan menyaksikan beberapa manekin napi yang tampak hidup sedang mandi. Manekin-manekin telanjang bulat yang menghadap arah berlawanan dari kami mendemonstrasikan bagaimana cara mereka mandi yang hanya sekali dalam seminggu. Sementara mereka sibuk mandi, ada pula 2 sipir yang tetap menjaga mereka. Benar-benar tugas yang canggung bagi sang sipir..
Jalan yang miring dan licin pula membuat saya berhati-hati saat melangkah. Tangan saya memegang erat pada handrail agar memastikan kedua lutut, atau bahkan yang lebih memalukan lagi pantat saya bakal mencium tanah secara tiba-tiba. Kami pun berjalan cukup pelan sambil mengarah ke sebuah gedung keren yang dibangun dengan konsep yang benar-benar berbeda dari gedung-gedung biasanya. Yaitu Radial Five-winged Prison House.
The incline yet slippery snow path |
Warden's house |
3,5 larger than Tokyo Dome. Above is Radial Five-winged Prison House
(Source: http://www.kangoku.jp/world/display.htm)
Demonstrating how to have a bath once a week |
The prison houses was built with thick concrete and brick floors so that prisoners could not dig their way out. The walls were also made with solid material so that prisoners could not break a hole in them. The resulting building is extremely robust.
Ketika saya memasuki gedung itu, saya pun tercengang akan interiornya yang sangat luas. Ada sebuah pos penjaga tepat di tengahnya dan juga lima lorong radial dengan ratusan sel tahanan. Konstruksi "pandangan satu arah" ini mengadopsi dari penjara gaya Belgia, sehingga para sipir mampu memonitori setiap lorong di saat yang bersamaan. Mahakarya hebat ini telah dilestarikan sebagai Harta Budaya Nasional yang memiliki bentuk seperti sedia kala.
Sel-sel tahanan dibangun dengan dasar lantai batu bata dan beton yang tebal, sehingga para napi tidak dapat menggali tanah untuk melarikan dirinya. Temboknya juga terbuat dari material yang padat dan kuat, sehingga para napi pun tidak akan mampu membuat lubang di tembok. Alhasil, bangunan penjara ini memang sangat-teramat kuat.
Masterpiece of Radial Five-winged Prison (43.995299, 144.229904)
(Source: Google Maps https://goo.gl/maps/CnslD)
Post guarding at the center
(Source: http://www.flickriver.com/photos/bryansjs/16695180636/)
(Source: http://www.flickriver.com/photos/bryansjs/16695180636/)
Prison hallway/wing with dozens of cells |
He frightened me like hell when I was passing through the cell |
Yes of course, there's an interesting and quite similar story about escaping the prison like Scofield and Ellis Boyd did. Surely, there was a man who had managed his way out from the Alcatraz of Japan. That freaky legendary man named Yoshie Shiratori. In 1944, the master escapist wore down his handcuffs and weakened the inspection hole on his cell door by just rusting them with miso soup!
I don't know how that thing was reacting chemically, but he succeeded to make his way out from the cell and climbed up the iron roof beam. Somehow, with his superhuman physical strength, he broke the glass roof with his headbutt. Then he ran away without proper clothes in harsh climate of winter.
One scenario is not enough for him. Yoshie's ability to escape from four different prisons earned him the title of the "Showa Era's escape artist". His epic action has been commemorated into a diorama of mannequin in his attempt to climb up to the attic as the most legendary prison breakers in Japanese history. A mere tourist like me certainly impressed by that story and I started to think him as anti-hero, even he was a cruel criminal back then.
Ngomong-ngomong soal itu, pernahkah kalian menonton TV seri U.S. yang berjudul Prison Break atau film tahun 1994 berjudul Shawshank Redemption?
Ya benar, ada kisah menarik yang cukup mirip dengan cerita tentang kabur dari penjara seperti yang dilakukan oleh Scofield dan Ellis Boyd. Tentu saja, ada seorang pria yang berhasil melarikan diri dari Alcatraz-nya Jepang. Sang pria legendaris yang sinting itu bernama Yoshie Shiratori. Tahun 1944, sang "master kabur" berhasil melepas dan juga merusak borgol di tangannya. Ia juga sukses merusak lubang inspeksi di pintu selnya hingga berkarat dengan hanya menggunakan sup miso!
Saya sendiri juga tidak tahu bagaimana hal itu bisa bereaksi secara kimiawi, namun ia berhasil keluar dari sel dan memanjat tiang besi penyangga atap. Entah bagaimana, dengan kekuatan fisik manusia super yang ia miliki, ia memecahkan atap kaca dengan sundulan kepalanya. Lalu ia berlari keluar tanpa pakaian yang layak di tengah cuaca musim dingin yang keras.
Satu skenario saja tak cukup baginya. Kemampuan Yoshie untuk kabur dari empat lapas yang berbeda membuatnya memperoleh gelar sebagai "Showa Era's escape artist". Aksi epiknya kini telah dikenang dalam bentuk diorama manekin dirinya yang sedang berusaha memanjat ke atas atap sebagai pelolos penjara paling legendaris dalam sejarah Jepang. Saya yang cuma sekadar turis biasa tentu saja kagum oleh cerita itu dan mulai beranggapan Shiratori-san sebagai anti-hero, meskipun beliau dulunya adalah kriminal yang sadis.
Shiratori attempting to climb up the attic (©balbo42)
We continued our brief tour to the Prison History Museum which was newly reopened in 2010 with modern interior. There is video exhibition of Chuo-Doro road construction surrounded by 3 giant screens and dramatic special effects.
One thing made me quite astonished was the reconstruction of the present prison facilities, especially the inmates' room cells. That pretty decent small-scale of room looked neat and clean. Quite similar with a standard Japanese apartment, but smaller, and even more comfy than my boarding room back then. There are small bed, small TV, wash sink, and closet in one room. You will be amazed how cool and comfy this inmate room if you see it in person.
Kami pun melanjutkan tur singkat ini ke Prison History Museum yang baru saja dibuka kembali pada tahun 2010 dengan interior modern. Terdapat pameran video yang menampilkan film konstruksi jalur Chuo-Doro dengan menggunakan 3 layar besar yang mengelilingi dan juga spesial efek yang dramatis.
Satu hal yang membuat saya cukup heran adalah rekonstruksi dari fasilitas penjara saat ini, terutama ruangan sel para napi. Sel berukuran kecil yang tampak layak tinggal itu terlihat rapi dan bersih. Sedikit serupa dengan kamar apartemen standard Jepang, namun lebih kecil, dan malah lebih nyaman dibandingkan kamar kos saya dulu. Ada ranjang kecil, TV kecil, wastafel, dan kloset dalam satu ruangan. Kalian pasti akan takjub bila melihat secara langsung seberapa keren dan nyamannya sel tahanan ini.
The movie depicts how the prisoners developed Hokkaido
(Source: http://www.japanguides.net)
"Just gimme laptop and high speed internet!"
We ended the tour in the big European-looking building which located in the center of the complex. This spacious mansion used to be a Government Building, but currently it used for Museum Shop. Various of prison-related products can be bought here, such as: wood carvings; handcuffs key chain; and inmate & warden uniform. There are also very popular products made by the prisoners of Abashiri Present Prison. Every summer, the museum collects crops and other products made by the prisoners and sells them at this shop.
There are also the "old but gold" souvenirs which displayed and sold permanently. The souvenirs are the DVD movies. Thanks to director Teruo Ishii, in 1965, Abashiri Prison became famous throughout Japan as the setting for the "Abashiri Bangaichi". The movie had become notable as the first hit in Japan for yakuza movie genre.
Kami mengakhiri tur di sebuah gedung besar bergaya Eropa yang berlokasi di tengah kompleks. Rumah yang luas ini dahulunya digunakan sebagai Gedung Pemerintahan, namun saat ini telah dijadikan sebagai Toko Museum. Bermacam-macam produk suvenir yang berhubungan dengan lapas dapat dibeli di sini, seperti: pahatan kayu; gantungan kunci borgol; dan seragam napi & sipir. Ada pula produk yang sangat terkenal buatan para napi di Penjara Abashiri masa kini. Setiap musim panas, museum mengumpulkan bahan-bahan pertanian dan produk lainnya yang dikerjakan oleh para napi dan hasilnya dijual di toko ini.
Ada pula suvenir yang "tua namun berharga" yang ditampilkan dan dijual secara permanen. Suvenir itu adalah film DVD. Berkat sang sutradara Teruo Ishii, di tahun 1965, Penjara Abashiri menjadi tersohor seantero Jepang karena digunakan sebagai latar utama dalam film "Abashiri Bangaichi". Filmnya menjadi sangat terkenal sebagai "dobrakan" awal di Jepang untuk film genre yakuza.
Government Building or the Museum Shop facade (©bryan...)
(Source: https://www.flickr.com)
Museum Shop interior (other side)
(Source: https://haveagood.holiday/plans/7666)
"Abashiri Bangaichi" movie (1965)
Posters, souvenirs, and DVD bundles displayed as featured goods
Teruo Ishii the director
Thanks to him, Abashiri Prison became famous throughout Japan
(Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Teruo_Ishii)
This museum is an extremely precious resource for learning about Japanese history and has tremendous cultural value. It's contribution to the Abashiri's community was so great that when the building became frail, the citizens worked to preserve it. The inmates also worked on the development construction and helped to rebuild the country after World War II. I could witness how these all buildings housed the unsung heroes for the development of Hokkaido.
Museum ini merupakan sumber berharga dan memiliki nilai budaya yang sangat luar biasa untuk mempelajari tentang sejarah Jepang. Kontribusinya kepada warga Abashiri begitu besar sehingga ketika gedung penjara menjadi rapuh, maka para warga sekitar bergotong royong untuk melestarikannya. Para napi pun juga bekerja dalam pembangunan infrastruktur dan membantu membangun ulang negara setelah Perang Dunia II. Saya dapat menyaksikan semua bangunan ini menampung para pahlawan tanpa tanda jasa yang turut andil dalam pembangunan Hokkaido.
Abashiri Prison Museum's official website:
http://www.kangoku.jp/
Another stories in Hokkaido:
- Mission From Japan: WakuWaku Reporter 2015 (Hokkaido)
- Hokkaido: Asahiyama Zoo, The Northernmost & The Most Innovative Zoo in Japan
- Hokkaido: See How Japan Introduces Its Freezing World
- Hokkaido: The Famous Small Station of the North
- Hokkaido: Cruising the Sea of Okhotsk on the Icebreaker Ship
- [Road Less Traveled] Hokkaido: Soup of Freedom and the Prison Break of Japan
- [Road Less Traveled] Hokkaido: Cute Little Monster and Drift Ice from Abashiri
- [Road Less Traveled]: Hokkaido Everything All White in Kushiro
Hokkaido well-known for its vast farmland and stunning nature landscape. An island which is not only famous for skiing, but it has many special attractions that can be enjoyed in every seasons. I believe... everybody will be enchanted by Hokkaido's charm after recognize how amazing this island is.
This website introduces natures, hot springs, foods particularly to have a foreigner and people lived in outside of Hokkaido recognize that Hokkaido has surprise and splendor in the concept of "Nature, Onsen and Tasty" Why did I intend to do something like that? If you are interested, please do have a look.
Good! Hokkaido! Homepage |
No comments:
Post a Comment