Sounkyo Hyobaku Matsuri from high |
A scratching sound continuously comes from the right side of the van. There is no life for mosquitoes in here, obviously... The sound comes from me scratching a dewy window pane. Wait, do you think what the hell am I doing?!
Yes, I was too busy to wipe the haze away from the inside of window.
The warm temperature inside the van creates moisture on windows. It wasn't just normal moisture like usual, anyway (surely for Indonesian). Condensed vapor turned into thin ice layer, since the weather were so freezing outside. What a thing!
It's been about 4 hours since we left the last city, Abashiri. And now, we were heading to next destination, a small town or likely I can call it a resort village of Sounkyo in Daisetsuzan National Park. There was no sign of our destination until the sun had hidden itself. Well, nothing could be more fun than doing such ridiculous thing of scratching frosty windows!
*Scratch, scratch...*
*Srek, srek, srek...*
Suara garukan terdengar berulang kali dari sebelah kanan mobil van. Tentu saja, mustahil nyamuk bisa hidup di tempat seperti ini... Suara itu tak lain lagi berasal dariku yang sedang asyik menggaruk kaca jendela berembun. Tunggu, kalian pasti berpikir aku lagi kurang kerjaan, kan?
Yep, aku terlanjur keasyikan mengerok embun di kaca jendela.
Suhu hangat di dalam van menciptakan uap yang mengembun di jendela bagian dalam. Namun embun tersebut terlihat tidak biasa bagi kami. Embunnya berubah menjadi lapisan es tipis, karena suhu diluar sangat-sangat dingin. Unik sekali!
4 jam sudah sejak kami meninggalkan kota besar Abashiri. Dan sekarang, kami sedang menuju ke destinasi selanjutnya, sebuah kota kecil atau mungkin aku bisa menyebutnya sebagai desa resort Sounkyo di kawasan Daisetsuzan National Park. Sama sekali tidak ada tanda-tanda akan tiba di tujuan hingga matahari pun telah menyembunyikan dirinya. Nah, tidak ada yang lebih seru lagi selain melakukan hal konyol seperti mengerok kaca yang membeku!
*Srek, srek, srek...*
"Break for a while" |
Typical house in Hokkaido. Clean, no dust, and no dull wall paint. |
"A Road to Sounkyo" (Kamikawa Town) |
"Waiting the red light" |
The European looked hotel on its facade and lobby had not stopped yet to take my fancy. Acculturation seemed make this building surely in high demand for the foreign tourists. I was a bit surprised when I got a spacious ryokan (traditional Japanese) style bedroom. Such grandeur seems indicate how Japanese treat the foreigners nicely in their own style, even in a small town, though.
Akhirnya van kami berhenti ketika malam sudah turun sejam yang lalu. Aku keluar dari van dan tubuhku terasa menggigil disebabkan oleh udara dingin yang ekstrim. Kami pun bergegas lari ke dalam sebuah gedung besar di dekat kami untuk mencari hawa yang lebih hangat. Aku melihat sekeliling dan tersadar bahwa lobi utama gedung ini terlihat sangat brilian. Interiornya didekorasi dengan sangat baik bertema vintage, lengkap dengan tekstur dindingnya memakai bata merah. Rupanya, gedung cantik ini adalah hotel kami malam ini.
Fasad dan lobi hotel bergaya Eropa itu belum berhenti untuk menarik perhatianku. Akulturasi budaya tampaknya membuat hotel ini sungguh-sungguh diminati para turis asing. Aku cukup terkejut saat aku mendapati sebuah kamar bergaya ryokan (Jepang tradisional) yang luas. Kemegahan seperti ini tampaknya menjadi indikasi bagaimana Jepang melayani para turis asingnya secara istimewa dengan gayanya sendiri, meski di kota terpencil sekalipun.
European-looked facade |
The Main Lobby |
I started to look at them carefully. My serious mode tried to overhear their convos only to know which country they come from. It was difficult to determine at first due to colliding voices. But after I scrutinized their faces one by one, I got a slight clue from their skin colour. Sure, those familiar tourists were not Indonesian, but Thai!
Quite surprising for me that I could meet people from the same subregion, even might be same ethnic in the middle of nowhere. Well, I think this year becomes the lucrative year for Japan in travel industry. Foreign tourists do increase significantly since Japan really eager in advancing their tourism recently. According Japan National Tourism Organization (JNTO), the estimated amount of foreign visitors in June 2015 reached over 1,6 million (51,8% increase from previous year).
Lately, several numbers of government and private Japanese companies showed public invitations of Japan trip by held events/contests/quizzes for Indonesian (maybe for other countries around, too). The prize surely was very tantalizing! Free ticket(s) or it can be a free trip to Japan for the winners! That's amazing, isn't it?!
Aku baru sadar akan satu hal sejak tiba di sini. Tempat ini cukup ramai oleh rombongan turis. Ratusan orang terlihat akan menginap di sini malam ini. Mendadak, pandangan kami beralih ke arah mereka ketika mereka berkumpul bersama di lobi. Suara gaduh mereka sangat menjengkelkan dan menyita perhatian di sekitar. Rombongan itu juga menghalangi jalan kami ke meja resepsionis. *fyuhh*
Aku pun mulai memperhatikan mereka. Dengan serius aku mencoba untuk menguping pembicaraan mereka cuma untuk mengetahui darimanakah mereka berasal. Awalnya sulit untuk menentukan karena suara gaduh yang bersahutan. Namun setelah melihat wajah-wajah mereka satu-persatu dengan seksama, aku mendapat sedikit petunjuk dari warna kulitnya. Benar saja, para turis yang terlihat tak asing lagi bukanlah turis Indonesia, tapi Thailand!
Cukup mengejutkan bagiku bisa bertemu orang-orang dari sub regional yang sama, bahkan mungkin sama rumpun di daerah antah-berantah seperti ini. Aku pikir tahun ini menjadi tahun yang menguntungkan bagi Jepang dalam industri wisata. Turis-turis asing meningkat secara signifikan sejak Jepang benar-benar bersemangat dalam memajukan pariwisatanya belakangan ini. Menurut Japan National Tourism Organization (JNTO), perkiraan jumlah turis asing yang berkunjung di bulan Juni mencapai 1,6 juta (51,8% bertambah dari tahun sebelumnya).
Belakangan ini, beberapa perusahaan pemerintah dan swasta Jepang mengedarkan undangan publik trip ke Jepang dengan mengadakan acara/kontes/kuis untuk warga Indonesia (mungkin juga di negara-negara lain di sekitar). Hadiahnya tentu sangat menggiurkan! Tiket gratis atau bisa jadi trip gratis ke Jepang untuk para pemenang! Menakjubkan, bukan?!
Reporters and our tour guide (Mr. Eki) |
Nanamori-san & Aida-san |
Because some of them have never seen snow.
Of course, I'm kidding.. hahaha
Talk frankly, the reporters (me and friends) also got a free Hokkaido trip after won a quiz from WakuWaku Japan. Moreover, we were brought to here in duty of uncovering some Hokkaido's highlights. Social medias became the powerful weapon to promote the tourism. That's why we uploaded so many pictures in Instagram. This surely an attraction booster for greater impact to the Indonesian Instagram users.
After prepared everything and had an excessively buffet dinner, we were invited to the most colourful festival in Sounkyo that held in winter only. Our groups and other tourists took a bus that toward same direction to the spot. I was trembling like hell as I got off from the bus. Winter night weather in the north region felt so vicious for equatorian like me. Moreover, we had to walk 400m due to bus didn't stop right at the location. It's gonna be a tough on foot trip.
Shortly after, we could see some enormous ice castle and ice citadels illuminated by colourful lights. It's Sounkyo Hyobaku Matsuri or known as Sounkyo Ice Waterfall Festival. It was held first time in 1976, and became annual event from late January to late March. Some of smaller igloos had a name plate in front of them. Travels and airlines company logos were printed to indicate this event was supported by them. The largest ice sculptures approximately 15m height. Two of the largest castles had interiors that invited every visitors to come in.
I walked down the frozen roads with my both hands numb inside jacket pocket. Once in a while I must bowed my head down due to strong snowy wind. Suddenly our tour guide, Mr. Eki, showed his phone screen. What the!! The temperature was at -16°C!
"For heaven's sake, that was extremely cold!!!" I shouted in my mind.
Nope, I don't dramatize the situation. I'm Indonesian, you know?
Target utamanya adalah negara-negara di Asia Tenggara. Kenapa?
Karena banyak dari mereka yang belum pernah melihat salju.
Ya, cuma bercanda, kali... hahaha
Bicara jujur, para reporter (aku dan teman-teman) juga mendapat trip Hokkaido gratis setelah menang kuis dari WakuWaku Japan. Ditambah pula, kami dikirim ke sini dalam tugas untuk mengenalkan tempat-tempat keren di Hokkaido. Media sosial menjadi senjata terkuat untuk mempromosikan wisatanya. Itulah mengapa kami meng-upload banyak sekali foto di Instagram. Cara seperti ini tentu saja mendorong daya tarik untuk dampak yang lebih besar bagi para pengguna Instagram di Indonesia.
Setelah beberes dan makan malam buffet yang berlebihan, kami diajak ke sebuah festival paling berwarna-warni di Sounkyo yang hanya diadakan pada musim dingin. Grup kami dan para turis lainnya naik bis yang akan jalan ke arah yang sama dengan lokasi. Aku pun menggigil hebat ketika turun dari bis. Udara di malam musim dingin di bagian utara terasa sangat ganas untuk bocah khatulistiwa macam aku. Ditambah lagi, kami harus berjalan kaki 400m karena bis tidak berhenti tepat di lokasi. Ini bakal menjadi jalan kaki yang sulit.
Beberapa saat kemudian, kami dapat melihat sekumpulan istana dan benteng es yang diterangi oleh lampu warna-warni. Inilah Sounkyo Hyobaku Matsuri atau dikenal dengan nama Sounkyo Ice Waterfall Festival. Festival ini pertama kali diadakan pada tahun 1976, dan menjadi acara tahunan dari akhir Januari sampai akhir Maret. Beberapa igloo kecil memiliki papan nama di depannya. Logo-logo perusahaan travel dan penerbangan tertera di papannya. Hal ini menunjukkan bahwa festival ini didukung pula oleh mereka. Pahatan es yang paling besar diperkirakan bisa mencapai ketinggian 15m. 2 dari istana terbesar memiliki interior yang mengundang para pengunjung untuk masuk ke dalam.
Aku berjalan menyusuri jalanan beku dengan kedua tanganku mati rasa di dalam kantong jaket. Sesekali aku harus menundukkan kepala karena angin salju yang begitu kuat. Tiba-tiba tour guide kami, Mr. Eki, menunjukkan layar HP-nya. Gila!! Temperaturnya di angka -16°C!
"Demi Tuhan, dingin parah!!!" Aku berteriak dalam hati.
Tidak, aku nggak mendramatisir keadaannya. Kalian tahu aku orang Indo, kan?
"Illuminated Ice Castles" |
"Ice from All Corners" |
I tried to forget the freezing chill just to capture some great landscapes here. I set up my tripod, set the camera settings, and ready to take long exposure picture. But just in seconds, I couldn't feel my palms! Once again, I have to put my both fists inside the pocket to warm them up. Ten fingers of mine were numb, and I couldn't feel them. I realized soon that my fists had lost their touch senses for seconds. That was scary for the first timer like me. Imagine what would happen if my hands stay longer outside...
Anyway, -16°C was just a basic temperature for the region weather. I believe it could be colder due to the strong chill wind gust. The best place to take cover only got inside the building, igloo, and castle. So we decided to get inside and explore the ice castle.
Stunning ice cave interior really amazed me. Warm and colourful lights illuminated every cave corners. I stopped in one cave with more less people just to feel the serene moment. The quieter cave surrounded by icicles that similar to stalagmites & stalactites could be seen in every corners. I felt like I was in a freezer somehow.
Untuk mengetahui seberapa dingin di sana, mari aku jelaskan.
Aku berusaha melupakan dingin yang membeku hanya untuk mengambil beberapa gambar pemandangan yang luar biasa di tempat ini. Kusiapkan tripod, men-setting kamera, dan siap untuk memfoto long exposure. Namun cuma dalam beberapa detik saja, aku tak dapat merasakan telapak tanganku! Sekali lagi, aku harus menaruh kedua tangan ke dalam kantong untuk menghangatkannya. Sepuluh jariku mati rasa, dan tak dapat merasakannya sama sekali. Aku segera sadar bila telapak tanganku telah kehilangan indera sentuhnya dalam beberapa detik. Hal itu tentu sangat menakutkan bagi pemula sepertiku. Bayangkan apa yang bakal terjadi jika tanganku berada di luar lebih lama lagi...
Ngomong-ngomong, -16°C itu cuma suhu dasar untuk cuaca di daerah tersebut. Aku yakin dinginnya bisa melebihi, sebab hembusan angin dinginnya begitu kuat. Tempat terbaik untuk berlindung hanyalah di dalam bangunan, igloo, dan istana. Jadi kami memutuskan untuk masuk ke dalam dan menjelajahi isi istana.
Interior gua es yang menakjubkan membuat aku kagum. Lampu warna-wani yang hangat menerangi seluruh sudut gua. Aku berdiam di salah satu gua yang relatif lebih sepi untuk merasakan suasana tenang sesaat. Gua sepi ini dikelilingi oleh banyak sekali kerucut es yang menyerupai stalagmit dan stalaktit di segala sisi. Entah gimana, rasanya aku seperti berada di dalam freezer.
"Snowy Wind Gusted" |
"Get into the Shelter" |
"Inside Freezer" |
Several years ago, no foreigners batted an eye to Hokkaido, beside winter sport maniacs. But now, the Hokkaido government is taking this thing more serious than before. Last year (2014), a TV program "Love Hokkaido" created a game show named "HOKKAIDO DREAM GAMESHOW".
5 countries in Southeast Asia were involved as participants for this Japanese language show. It featured some amazing places in Hokkaido as they were experiencing the local activities in the games. The show will be broadcasted in 10 different countries.
Semakin malam semakin ramai pengunjung, kebanyakan pengunjungnya adalah etnis China. Film China yang sukses besar menciptakan sebuah tren bagi warga China untuk berlibur ke Hokkaido. China memegang persentase kunjungan tertinggi dari tahun sebelumnya (+167,2%).
Beberapa tahun lalu, orang asing seakan tak peduli akan Hokkaido, selain para penggila olah raga salju. Namun sekarang, pemerintah Hokkaido sedang mengangkat hal ini ke tahap yang lebih serius dari sebelumnya. Tahun lalu (2014), sebuah program TV "Love Hokkaido" membuat sebuah game show berjudul "HOKKAIDO DREAM GAMESHOW".
5 negara di Asia Tenggara ikut terlibat sebagai peserta show berbahasa Jepang ini. Acara ini menampilkan tempat-tempat menakjubkan di Hokkaido sambil mereka merasakan beragam aktivitas lokal dalam permainannya. Rencananya acara ini akan disiarkan di 10 negara berbeda.
"Rainbow Tunnel" |
- Mission From Japan: WakuWaku Reporter 2015 (Hokkaido)
- Hokkaido: Asahiyama Zoo, The Northernmost & The Most Innovative Zoo in Japan
- Hokkaido: See How Japan Introduces Its Freezing World
- Hokkaido: The Famous Small Station of the North
- Hokkaido: Cruising the Sea of Okhotsk on the Icebreaker Ship
- [Road Less Traveled] Hokkaido: Soup of Freedom and the Prison Break of Japan
- [Road Less Traveled] Hokkaido: Cute Little Monster and Drift Ice from Abashiri
- [Road Less Traveled]: Hokkaido Everything All White in Kushiro
Hokkaido well-known for its vast farmland and stunning nature landscape. An island which is not only famous for skiing, but it has many special attractions that can be enjoyed in every seasons. I believe... everybody will be enchanted by Hokkaido's charm after recognize how amazing this island is.
This website introduces natures, hot springs, foods particularly to have a foreigner and people lived in outside of Hokkaido recognize that Hokkaido has surprise and splendor in the concept of "Nature, Onsen and Tasty" Why did I intend to do something like that? If you are interested, please do have a look.
Good! Hokkaido! Homepage |
No comments:
Post a Comment